Minggu, 26 Desember 2010

Lemah Lembut dan Rendah Hati

Setiap hari orang saling mencaci satu sama lain. Sedikit perbedaan pendapat, maka akan muncul keinginan untuk mengeluarkan "argumentasi" yang menurut mereka adalah pilihan tercerdas dalam menyelesaikan masalah. Seringkali argumentasi didasarkan pada pikiran pribadi, atau kelompok, yang dituangkan atas nama kepentingan bersama.

Kata-kata keras dan "lugas" menjadi pilihan banyak orang di saat ini. Dan seringkali tanpa malu-malu orang mulai mengatakan isi-isi pikirannya tanpa memandang situasi, atau orang yang ada di sisinya. Dengan menggunakan media sosial yang tersedia, banyak manusia yang berpendapat mereka dapat mengatakan apa saja, dan itu hanya sebuah pernyataan, sehingga orang lain tidak perlu sakit hati ketika menanggapinya.

Tetapi dengan melihat tujuan bertutur di media sosial, bukankah maksudnya agar isi pikiran kita menjadi terlihat oleh pihak seberang yang membaca? Dan bukankah tidak semua isi pikiran kita akan menjadi hal yang nyaman bagi pihak yang membaca? Dan bukankah dalam banyak aspek kehidupan, seringkali kita harus menyimpan isi pikiran kita untuk diri kita sendiri?

Tuhan kita adalah Tuhan yang lemah lembut dan penuh kerendahan hati, dia menunjukkan dirinya dalam bentuk yang lemah, tetapi dia kuat adanya, seorang Raja tetapi tidak meninggikan diri:

Katakanlah kepada putri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda (Matius 21:5)

Dan juga beberapa hal ditunjukkan Tuhan kita mengenai kelemahlembutan:

Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi (Matius 5:5)

Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati, dan jiwamu akan mendapat ketenangan (Matius 11:29)

Maka mulut dan pikiran kita baiklah penuh dengan kelemahlembutan dan kerendahan hati. Tidak mengikuti arus dunia yang penuh dengan kata-kata tajam dan kasar, atau sikap yang sarkastik dan sinis, karena demikianlah yang diajarkan Tuhan kita.

Menjadi sarkas dan sinis adalah sebuah trend baru, tetapi kelemahlembutan tidak pernah ketinggalan jaman