Merasa dipersalahkan, hati menjadi panas. Isi pikirannya berputar-putar di sekitar hal-hal yang tidak perlu dipermasalahkan. Jiwanya juga penuh dengan kebencian. Karena kebencian menutupi mata hati, maka menjadi buruklah keseluruhan hari.
Sudah sangat dekat dengan hari Natal, tetapi hati ini hanya berisi keluhan, permohonan, dan kemarahan; bukan kegembiraan, ucapan syukur, dan kedamaian. Begitu kontras warna hati ini dengan warna yang seharusnya ada di musim Natal seperti ini. Bagi sebagian orang, Natal adalah perayaan. Bagi Yesus (yang diperingati lahir di hari Natal), lahir di dunia adalah membawa kedamaian dan sukacita. Ia membawa kehidupan yang baru, yang tidak mengindahkan kaidah lama yang bersifat pembalasan.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. (Matius 5:22)
Karena dari kemarahan akan muncul kebencian, dari kebencian akan muncul tindakan-tindakan buruk lainnya. Seperti halnya dalam kehidupan keseharian, untuk menyelesaikan sebuah permasalahannya, maka akar masalah harus dituntaskan. Demikian juga kemarahan yang merupakan akar masalah dari setiap kebencian, perlu dikendalikan.