Saya rindu bertemu dengan Tuhan. Saya rindu bertutur sapa dengan Tuhan. Seringkali kita membayangkan Tuhan bisa datang dalam wujud konkrit, yang bisa ditangkap oleh salah satu panca indera kita. Dan karena pencarian kita sangat tergantung akan panca indera kita, maka seringkali semuanya menjadi frustasi. Bersedih karena ternyata Tuhan hanya menampakkan diri pada beberapa orang "pilihan".
Ada beberapa hal yang seringkali terluput dari indera kita. Bahwa Tuhan hadir dan selalu dekat dengan kita. Baik ketika kita senang, maupun susah. Tuhan hadir dalam diri orang-orang yang kita temui. Baik itu orang baik maupun orang jahat.
Dalam Injil Matius 25:40, dalam perumpamaan tentang Penghakiman Terakhir, Tuhan kita Yesus berkata:
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu melakukannya untuk Aku.
dan seringkali kita tidak menyadari bahwa Tuhan hadir dalam anggota keluarga kita, seperti kata Rasul Paulus kepada umat di Kolose (Kolose 3:18-21):
Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.
Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.
Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.
Rasul Paulus menunjukkan bahwa hubungan antara anggota keluarga adalah selayaknya hubungan manusia dengan Tuhan. Sehingga demikianlah terjadi Tuhan hadir di dalam anggota keluarga kita.
Sayup-sayup Tuhan berbicara kepada kita, baik melalui pertengkaran, kemarahan, kekecewaan, patah hati, kesakitan, ataupun melalui guyonan, canda, tertawa, kebersamaan, dan cinta dari anggota keluarga maupun dari lingkungan kita.
Senin, 27 Desember 2010
Minggu, 26 Desember 2010
Lemah Lembut dan Rendah Hati
Setiap hari orang saling mencaci satu sama lain. Sedikit perbedaan pendapat, maka akan muncul keinginan untuk mengeluarkan "argumentasi" yang menurut mereka adalah pilihan tercerdas dalam menyelesaikan masalah. Seringkali argumentasi didasarkan pada pikiran pribadi, atau kelompok, yang dituangkan atas nama kepentingan bersama.
Kata-kata keras dan "lugas" menjadi pilihan banyak orang di saat ini. Dan seringkali tanpa malu-malu orang mulai mengatakan isi-isi pikirannya tanpa memandang situasi, atau orang yang ada di sisinya. Dengan menggunakan media sosial yang tersedia, banyak manusia yang berpendapat mereka dapat mengatakan apa saja, dan itu hanya sebuah pernyataan, sehingga orang lain tidak perlu sakit hati ketika menanggapinya.
Tetapi dengan melihat tujuan bertutur di media sosial, bukankah maksudnya agar isi pikiran kita menjadi terlihat oleh pihak seberang yang membaca? Dan bukankah tidak semua isi pikiran kita akan menjadi hal yang nyaman bagi pihak yang membaca? Dan bukankah dalam banyak aspek kehidupan, seringkali kita harus menyimpan isi pikiran kita untuk diri kita sendiri?
Tuhan kita adalah Tuhan yang lemah lembut dan penuh kerendahan hati, dia menunjukkan dirinya dalam bentuk yang lemah, tetapi dia kuat adanya, seorang Raja tetapi tidak meninggikan diri:
Katakanlah kepada putri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda (Matius 21:5)
Dan juga beberapa hal ditunjukkan Tuhan kita mengenai kelemahlembutan:
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi (Matius 5:5)
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati, dan jiwamu akan mendapat ketenangan (Matius 11:29)
Maka mulut dan pikiran kita baiklah penuh dengan kelemahlembutan dan kerendahan hati. Tidak mengikuti arus dunia yang penuh dengan kata-kata tajam dan kasar, atau sikap yang sarkastik dan sinis, karena demikianlah yang diajarkan Tuhan kita.
Menjadi sarkas dan sinis adalah sebuah trend baru, tetapi kelemahlembutan tidak pernah ketinggalan jaman
Kata-kata keras dan "lugas" menjadi pilihan banyak orang di saat ini. Dan seringkali tanpa malu-malu orang mulai mengatakan isi-isi pikirannya tanpa memandang situasi, atau orang yang ada di sisinya. Dengan menggunakan media sosial yang tersedia, banyak manusia yang berpendapat mereka dapat mengatakan apa saja, dan itu hanya sebuah pernyataan, sehingga orang lain tidak perlu sakit hati ketika menanggapinya.
Tetapi dengan melihat tujuan bertutur di media sosial, bukankah maksudnya agar isi pikiran kita menjadi terlihat oleh pihak seberang yang membaca? Dan bukankah tidak semua isi pikiran kita akan menjadi hal yang nyaman bagi pihak yang membaca? Dan bukankah dalam banyak aspek kehidupan, seringkali kita harus menyimpan isi pikiran kita untuk diri kita sendiri?
Tuhan kita adalah Tuhan yang lemah lembut dan penuh kerendahan hati, dia menunjukkan dirinya dalam bentuk yang lemah, tetapi dia kuat adanya, seorang Raja tetapi tidak meninggikan diri:
Katakanlah kepada putri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda (Matius 21:5)
Dan juga beberapa hal ditunjukkan Tuhan kita mengenai kelemahlembutan:
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi (Matius 5:5)
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati, dan jiwamu akan mendapat ketenangan (Matius 11:29)
Maka mulut dan pikiran kita baiklah penuh dengan kelemahlembutan dan kerendahan hati. Tidak mengikuti arus dunia yang penuh dengan kata-kata tajam dan kasar, atau sikap yang sarkastik dan sinis, karena demikianlah yang diajarkan Tuhan kita.
Menjadi sarkas dan sinis adalah sebuah trend baru, tetapi kelemahlembutan tidak pernah ketinggalan jaman
Selasa, 21 Desember 2010
Kemarahan dan Pengendalian Diri
Merasa dipersalahkan, hati menjadi panas. Isi pikirannya berputar-putar di sekitar hal-hal yang tidak perlu dipermasalahkan. Jiwanya juga penuh dengan kebencian. Karena kebencian menutupi mata hati, maka menjadi buruklah keseluruhan hari.
Sudah sangat dekat dengan hari Natal, tetapi hati ini hanya berisi keluhan, permohonan, dan kemarahan; bukan kegembiraan, ucapan syukur, dan kedamaian. Begitu kontras warna hati ini dengan warna yang seharusnya ada di musim Natal seperti ini. Bagi sebagian orang, Natal adalah perayaan. Bagi Yesus (yang diperingati lahir di hari Natal), lahir di dunia adalah membawa kedamaian dan sukacita. Ia membawa kehidupan yang baru, yang tidak mengindahkan kaidah lama yang bersifat pembalasan.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. (Matius 5:22)
Karena dari kemarahan akan muncul kebencian, dari kebencian akan muncul tindakan-tindakan buruk lainnya. Seperti halnya dalam kehidupan keseharian, untuk menyelesaikan sebuah permasalahannya, maka akar masalah harus dituntaskan. Demikian juga kemarahan yang merupakan akar masalah dari setiap kebencian, perlu dikendalikan.
Sudah sangat dekat dengan hari Natal, tetapi hati ini hanya berisi keluhan, permohonan, dan kemarahan; bukan kegembiraan, ucapan syukur, dan kedamaian. Begitu kontras warna hati ini dengan warna yang seharusnya ada di musim Natal seperti ini. Bagi sebagian orang, Natal adalah perayaan. Bagi Yesus (yang diperingati lahir di hari Natal), lahir di dunia adalah membawa kedamaian dan sukacita. Ia membawa kehidupan yang baru, yang tidak mengindahkan kaidah lama yang bersifat pembalasan.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. (Matius 5:22)
Karena dari kemarahan akan muncul kebencian, dari kebencian akan muncul tindakan-tindakan buruk lainnya. Seperti halnya dalam kehidupan keseharian, untuk menyelesaikan sebuah permasalahannya, maka akar masalah harus dituntaskan. Demikian juga kemarahan yang merupakan akar masalah dari setiap kebencian, perlu dikendalikan.
Senin, 06 Desember 2010
Karena Bahagia adalah Menerima dan Bersyukur akan Hidup Ini
Ketika hati gembira, di sanalah Tuhan akan bekerja
Ketika hati berbahagia, baiklah Tuhan yang dipuja
Karena hati yang damai adalah dari Tuhan semata
Karena hati yang bahagia adalah anugrah Tuhan saja
Dan demikianlah saya dicukupkan tiap harinya, sedikit demi sedikit untuk segala kebutuhan saya. Untuk semua hal yang perlu bagi saya dalam melanjutkan kehidupan saya, untuk segala sesuatu yang dapat membantu orang lain untuk hidup dengan lebih baik.
Seringkali saya merasa kuatir dan sedih untuk hal-hal yang belum saya alami. Atau menjadi takut karena teringat akan hal-hal yang telah saya lalui. Seringkali juga saya menjadi tidak mampu karena ketakutan akan kata-kata orang, tetapi ketika saya berkata, "Ya Tuhan, saya mau berusaha di jalan yang telah Engkau tetapkan dan menikmati segala sesuatu yang telah Engkau siapkan bagiku," maka ketika itu juga saya menjadi seorang yang bahagia.
Sebab ada tertulis, "(25) Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? (26) Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? (27) Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? (28) Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, (29) namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. (30) Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? (31) Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? (32) Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. (33) Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (34) Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Dalam segala kebahagiaan itu hendaknya saya tidak melupakan Tuhan yang merupakan sumber kebahagiaan tersebut.
Ketika hati berbahagia, baiklah Tuhan yang dipuja
Karena hati yang damai adalah dari Tuhan semata
Karena hati yang bahagia adalah anugrah Tuhan saja
Dan demikianlah saya dicukupkan tiap harinya, sedikit demi sedikit untuk segala kebutuhan saya. Untuk semua hal yang perlu bagi saya dalam melanjutkan kehidupan saya, untuk segala sesuatu yang dapat membantu orang lain untuk hidup dengan lebih baik.
Seringkali saya merasa kuatir dan sedih untuk hal-hal yang belum saya alami. Atau menjadi takut karena teringat akan hal-hal yang telah saya lalui. Seringkali juga saya menjadi tidak mampu karena ketakutan akan kata-kata orang, tetapi ketika saya berkata, "Ya Tuhan, saya mau berusaha di jalan yang telah Engkau tetapkan dan menikmati segala sesuatu yang telah Engkau siapkan bagiku," maka ketika itu juga saya menjadi seorang yang bahagia.
Sebab ada tertulis, "(25) Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? (26) Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? (27) Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? (28) Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, (29) namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. (30) Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? (31) Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? (32) Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. (33) Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (34) Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Dalam segala kebahagiaan itu hendaknya saya tidak melupakan Tuhan yang merupakan sumber kebahagiaan tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)